oleh Aguk Irawan MN Ayahnya seorang kiai desa, meninggal karena amuk massa salah sasaran. Sejak itu ia terpaksa keluar dari pesantren sebelum waktunya. Hari-hari yang biasa diisinya dengan mengaji berganti dengan tumpukan baju dan bumbu-bumbu. Ia bekerja sebagai buruh cuci di rumah tetangganya, sesekali menjadi juru ... [selengkapnya]