|
Sinopsis Buku: Ketika dunia hiruk-pikuk dengan email, blog, facebook, twitter, YM, dan SMS, jangankan terlibat, Wa Dambe, seorang gadis Bajo Wakatobi, bahkan tidak bisa menulis namanya sendiri. Bagas merasa tergugah untuk membebaskan perempuan malang itu dari pasungan buta aksara. Di sela kesibukan penelitian skripsinya, ia mengajari Wa Dambe membaca dan menulis. Momen-momen kegigihan Wa Dambe untuk membebaskan diri dari buta aksara berhasil terekam dalam kameranya. Foto-foto itulah yang ditampilkannya dalam lomba fotografi. Melihat foto-foto hasil jepretan Bagas, Anisa, gadis metropolis asal Wakatobi yang sukses sebagai aktivis gender di Jakarta, menuduh Bagas telah mengeksploitasi Wa Dambe yang tak lain adalah saudara angkatnya sendiri. Tak ayal, hubungan yang terajut sekian lama antara Bagas dan Anisa terancam retak. Bagas tak peduli. Tetapi, begitu mengetahui Wa Dambe hamil, sikap Bagas berubah. Sementara Anisa yang sudah mendekati puncak kariernya justru memilih meninggalkan kehidupan urban Jakarta dan memutuskan pulang ke tanah kelahirannya untuk membangun Wakatobi. Bagas semakin terjebak dalam romantisme dua perempuan Wakatobi. Namun hanya chemistry yang bisa merekatkan jiwanya pada kedua perempuan itu. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |