Cari berdasarkan:



Dua Musuh Turunan - Peng Tjong Hiap Eng (Soft Cover)
 


Maaf, stock buku kosong atau out-of-print.


Dua Musuh Turunan - Peng Tjong Hiap Eng (Soft Cover) 
oleh: O.K.T.
> Fiksi » Tjerita Silat & Tjerita Khas Tionghoa

List Price :   Rp 175.000
Your Price :    Rp 140.000 (20% OFF)
 
Penerbit :    Wastu Lanas Grafika
Edisi :    Soft Cover
ISBN :    9793743050
ISBN-13 :    9789793743059
Tgl Penerbitan :    2005-00-00
Bahasa :    Indonesia
 
Ukuran :    0x0x0 mm
Sinopsis Buku:
Dua Musuh Turunan atau Peng Tjong Hiap Eng merupakan salah satu serial Thiansan (Liang Ie Shen).Dua Musuh Turunan merupakan kelanjutan dari Sebilah Pedang Mustika (Hoan Kiam Kie Tjeng).Cuplikan bab 1:Di luar kota Ganboenkwan, daerah yang luasnya seratus lie adalah daerah kosong, atau no man's land. Di dalam kota Ganboenkwan berdiam pasukan perang Kerajaan Beng, dan di pihak sana, di luar kota, ada tentara bangsa Mongolia, ialah rombongan suku bangsa Watzu.Selama tahun-tahun permulaan dari Kaisar Eng Tjong dari Kerajaan Beng belum lewat empat puluh tahun dari wafatnya Beng Thaytjouw Tjoe Goan Tjiang, kaizar pendiri dari Ahala Beng itu bangsa Mongolia di Barat utara mulai bangkit bangun pula, dan rombongan suku Watzu adalah yang terkuat. Rombongan ini setiap tahun maju dengan perlahan-lahan, sampai ditahun Tjongtong ke-3 tahun Kaisar Eng Tjong itu tentaranya telah mendekati kota Ganboenkwan. Demikian terjadilah daerah yang kosong itu.Pada, suatu magrib, selagi angin Barat meniup dengan kerasnya, hingga pasir kuning dan daun-daun rontok berterbangan, sedangnya kelenengan-kelenengan kuda bersuara bercampur baur dengan suaranya terompet huchia dari orang Mongolia, maka di daerah kosong itu, ialah di jalan pegunungan di dalam selat, sebuah kereta keledai asyik lewat dengan kencangnya.Kereta itu diiringi satu penunggang kuda seorang usia pertengahan yang menggendong kantong busur pada bebokongnya dan pada pingangnya tergantung sebatang pedang. Sering sekali pengiring ini berpaling ke belakang.Selagi angin bertiup keras, bercampur dengan suara ringkikan kuda yang tak hentinya dan suara beradunya senjata-senjata tajam, tiba-tiba terdengar satu seruan panjang dan hebat, lalu setelah itu dengan laratnya sang kereta keledai suara berisik itu perlahan-lahan berubah menjadi kesunyian.Dari dalam kereta, seorang tua menyingkap tenda, memperlihatkan kepalanya dengan rambut ubanan semua."Apakah Teng-djie memanggil aku?" tanya dia. "Apakah dia telah menemui kecelakaannya? Tjia Hiapsoe, tak usah kau pedulikan lagi padaku, pergi kau sambut mereka itu! Setelah sampai di sini, matipun aku akan meram..."Pengiringnya itu perdengarkan jawabannya. Ia menunjuk jauh ke belakang."Selamat, loopeh!" kata dia. "Loopeh dengar suara kalutnya tindakan kaki kuda itu. Itulah pasti tanda yang tentera Tartar sudah mundur! Nah, lihat di sana, bukankah itu mereka yang tengah mendatangi?"Habis berkata, pengiring ini memutar kudanya, yang terus ia larikan, guna memapaki "mereka" yang katanya tengah mendatangi mereka.Si orang tua di dalam kereta menghela napas, menyusul itu air matanya berlinang-linang, menetes turun.Di dalam kereta itu, yang larinya tak tetap, ada satu bocah wanita. Dia bermuka merah karena hawa yang dingin sekaii, warna merah itu mirip dengan buah apel yang telah matang dalu. Dikucak-kucaknya matanya seperti dia baharu terjaga dari tidurnya."Yaya, adakah ini wilayah Tionggoan?" dia tanya.Orang tua yang dipanggil "yaya" (engkong) itu menahan keretanya. Ia menyingkap pula tenda, untuk melihat ke tanah, tempat di sekitarnya."Ya, inilah tanah daerah Tionggoan," sahutnya, dengan suara dalam. "A Loei, coba kau turun, kau tolongi yaya-mu menjemput segumpal tanah!"***Soft Cover, Kertas HVS, Boks: 3 Jilid




Resensi Buku:



Buku Sejenis Lainnya:
Ambisi Keji Seorang Ibu Suri
oleh Kang Byungsang
Rp 58.000
Rp 49.300
Salju di bumi Goryeo kini mulai mencair. Burung berkicau riang dan bunga liar pun mekar penuh warna, siap menyambut musim semi yang datang membawa ...  [selengkapnya]
oleh Nafta S. Meika
Rp 55.000
Rp 46.750
"Ia tertawa melihat penampilan sahabatnya itu. Wander terlihat seperti seorang tukang cerita keliling. Seluruh tubuhnya ditutupi jubah yang tebal dan ...  [selengkapnya]
oleh Nafta S. Meika
Rp 68.000
Rp 57.800
Setelah sebelumnya menjadi bulan-bulanan teman-temannya karena kelemahan fisiknya, Wuan menjadi pendekar yang disegani setelah menjadi murid Kurt ...  [selengkapnya]
oleh Jeff Stone
Rp 47.500
Rp 40.375
Pemandangan yang terhampar di depan Fu lebih buruk daripada yang dia bayangkan. Api menyambar dari setiap bangunan. ...  [selengkapnya]


Lihat semua buku sejenis »




Advertisement