|
Sinopsis Buku: Serial Pendekar Harum karya Gu Long terdiri dari: 1. Maling Romantis2. Rahasia Ciok Koan Im3. Peristiwa Burung Kenari4. Mayat Kesurupan Roh5. Legenda Kelelawar6. Legenda Bunga Persik7. Legenda Bulan Sabit8. Anggrek Tengah MalamCuplikan bab 1:SEMANGKOK MIE YANG ANEHSatu malam di musim semi. Malam turun hujan. Hujan musim semi di Jiangnan (nama daerah di selatan sungai Yangzi), sering menimbulkan perasaan sedih orang, terlebih bagi orang-orang yang sudah lama dan jauh meninggalkan kampung halamannya.Malam telah larut sekali, banyak orang telah tidur dan bermimpi, namun didalam sebuah gang sempit yang becek, ternyata masih ada sebuah lentera yang bersinar redup.Sebuah lentera yang menjadi kuning karena sering kena asap, tergantung di atas sebuah tenda bambu yang sederhana, menerangi sebuah kedai mie, beberapa meja dan kursi, serta dua orang yang bermuram durja.Malam hujan yang demikian mengenaskan, gang kecil demikian terpencil, siapakah yang akan membeli mie mereka?Kerutan di wajah kedua suami istri penjual mie itu menjadi makin dalam.Tak terduga, dari gang sempit itu tiba-tiba terdengar bunyi langkah kaki, ternyata ada seorang berbaju hijau berjalan sendirian di dalam hujan rintik-rintik dan angin dingin, wajahnya pucat ke kuning-kuningan, tampak seperti seorang yang sudah lama menderita sakit parah, yang seharusnya minum obat dengan berbaring di ranjang sambil diselimuti.Tetapi dia berkata kepada si pemilik kedai mie itu: Aku mau makan mie, tiga mangkok mie, tiga mangkok yang besar.Orang yang macamnya begini ternyata punya selera makan yang besar.Tidak heran si pemilik kedai dan istrinya memandang dia dengan pandangan curiga, dan bertanya: Tuan mau makan mie apa?Si nyonya pemilik, yang walaupun usianya sudah 30-an, tetap bertubuh langsing, bertanya: Mau mie sawi putih? Mie abon? Atau mie kaki babi?Semuanya aku tidak mau, si orang berbaju hijau berkata dengan nada rendah yang parau: Aku mau dua mangkok bunga emas, satu mangkok bunga perak, dan satu mangkok bunga mutiara.Tetapi sedikit tanda keherananpun tidak terlihat di wajah kedua suami istri itu, cuma bertanya dengan sikap tak acuh: Apakah engkau punya kemampuan untuk memakannya?Si orang berbaju hijau pun berkata dengan sikap tak acuh: Akan ku coba.Tiba-tiba, sinar dingin berkelebat, sebilah pedang panjang muncul seperti ular berbisa dari sisi tangan si orang berbaju hijau, menikam seperti ular berbisa ke arah uluhati si pemilik kedai yang tampaknya lamban itu, gerakannya lebih cepat dan lebih ganas dari ular berbisa! Si pemilik kedai sedikit memutar badan, sebuah sumpit bambu besar dipakai sebagai senjata penotok jalan darah, menotok ke arah jalan darah di bahu lawan.Pergelangan tangan si orang berbaju hijau sedikit bergetar, sinar dingin makin terang, ujung pedang telah mengenai uluhati si pemilik kedai, namun berbunyi ting sekali, seolah-olah menikam sebuah papan besi! Ujung pedang berkelebat lagi, lalu pedang masuk sarung pedang, si orang berbaju hijau ternyata tidak mengejar lagi, hanya dengan sikap yang tenang memandangi kedua suami istri itu.Si nyonya pemilik mulai tersenyum, sebuah wajah yang biasa-biasa saja, namun karena senyuman, ternyata memiliki daya pikat yang cukup besar!Bagus! Ilmu pedang yang bagus! Dia berkata sambil mengeluarkan sebuah kursi dari tenda bambu, silahkan duduk dan makan mie.***Soft Cover, Kertas HVS Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |