Cari berdasarkan:



Pendekar Harum #8: Anggrek Tengah Malam (Soft Cover)
 


Maaf, stock buku kosong atau out-of-print.


Pendekar Harum #8: Anggrek Tengah Malam (Soft Cover) 
oleh: Unknown
> Fiksi » Tjerita Silat & Tjerita Khas Tionghoa

List Price :   Rp 90.000
Your Price :    Rp 72.000 (20% OFF)
 
Penerbit :    Wastu Lanas Grafika
Edisi :    Soft Cover
Tgl Penerbitan :    2006-00-00
Bahasa :    Indonesia
 
Ukuran :    0x0x0 mm
Sinopsis Buku:
Serial Pendekar Harum karya Gu Long terdiri dari:1. Maling Romantis2. Rahasia Ciok Koan Im3. Peristiwa Burung Kenari4. Mayat Kesurupan Roh5. Legenda Kelelawar6. Legenda Bunga Persik7. Legenda Bulan Sabit8. Anggrek Tengah MalamSI BUTATabib tradisional penjual obat ini meraba jalan dengan sebatang tongkat putih, melangkah memasuki kota kecil yang tenang dan damai ini, lalu dia mulai menabuh gembreng kecil kuningan, namun tanpa diduga...Angin menderu-deru.Angin bertiup dari arah barat, derunya seperti setan mengayunkan cambuk, melecut hati yang ingin pulang, juga melecut pergi arwah para musafir.Mujurnya di sini tidak ada yang pulang, juga tidak ada musafir yang lewat.Segalanya tidak ada di sini.Di jalan tidak ada keledai, kuda, kereta atau pun tandu. Di toko juga tidak ada transaksi. Di dalam tungku tak ada abu bakar dari nyala baru. Di dalam kuali dan belanga tidak ada nasi atau lauk pauk. Di dalam kamar juga tak terdengar suara desahan bisik perayu, dan tidak tercium bau dan terlihat warna gincu serta bedak, dan tidak ada juga bau harum rendaman bunga.Karena di sini sudah tidak ada orang lagi, bahkan tidak ada seorang pun yang masih hidup.Suasana hening, sepi, mati.Entah sejak kapan, angin mendadak berhenti. Di atas jalan panjang itu, mendadak terlihat seekor anjing putih sedang menyeret ekor menaiki jalan panjang yang dilapisi lempengan papan batu hijau.Ada orang di belakang anjing itu.Ada satu orang yang buta.Orang buta ini, mengenakan pakaian kembang-kembang, yang sudah memutih karena kebanyakan dicuci dan kemudian menguning oleh debu yang tertiup angin. Dia menggunakan tongkat putih penunjuk jalan, yang sudah lusuh sehingga jadi kelabu. Dengan tongkat ini, diketuknya batu jalan, terdengar satu suara tok. Lalu terdengar suara pluk yang teredam, tongkatnya menyentuh tanah kuning dasar jalan panjang itu.Angin bertiup kembali.Papan merk toko terayun-ayun ditiup angin. Gelang besi bergesekan dengan kait penggantungnya, menimbulkan suara seperti menarik gergaji, deritnya membuat akar gigi terasa ngilu. Sang anjing putih melolong, suaranya parau. Jendela kertas yang sobek, ditiup angin sampai seperti suara rintihan dan helaan nafas.Si buta sudah menabuh gembreng kecil kuningan yang suaranya nyaring jernih. Tapi, mendadak dia berhenti.Ke mana perginya suara-suara yang menggembirakan itu?Suara sedang tawar menawar harga dari pelayan toko dengan nenek tua atau ibu rumah tangga, suara gemerincing sodet penggorengan dengan seroknya di dalam wajan untuk menyangrai, menggoreng dan mengukus pangan. Suara ibu memukul pantat anaknya yang agak bandel, suara tangis anak kecil, kikik tertawa gadis kecil. Suara dadu menggelinding di dalam mangkuk. Suara tertawa pemabuk. Serta suara sinden yang meniru-niru langgam dan gaya tembang dari Jiang Nan.Suara yang menyenangkan dan meramaikan itu, kini entah sudah pergi ke mana?***Soft Cover, Kertas HVS




Resensi Buku:



Buku Sejenis Lainnya:
Ambisi Keji Seorang Ibu Suri
oleh Kang Byungsang
Rp 58.000
Rp 49.300
Salju di bumi Goryeo kini mulai mencair. Burung berkicau riang dan bunga liar pun mekar penuh warna, siap menyambut musim semi yang datang membawa ...  [selengkapnya]
oleh Nafta S. Meika
Rp 55.000
Rp 46.750
"Ia tertawa melihat penampilan sahabatnya itu. Wander terlihat seperti seorang tukang cerita keliling. Seluruh tubuhnya ditutupi jubah yang tebal dan ...  [selengkapnya]
oleh Nafta S. Meika
Rp 68.000
Rp 57.800
Setelah sebelumnya menjadi bulan-bulanan teman-temannya karena kelemahan fisiknya, Wuan menjadi pendekar yang disegani setelah menjadi murid Kurt ...  [selengkapnya]
oleh Jeff Stone
Rp 47.500
Rp 40.375
Pemandangan yang terhampar di depan Fu lebih buruk daripada yang dia bayangkan. Api menyambar dari setiap bangunan. ...  [selengkapnya]


Lihat semua buku sejenis »




Advertisement