|
Sinopsis Buku: Ketidakselarasan antara sosok Kritikus Sastra semestinya dengan Kritikus Sastra “apa adanya”, pada gilirannya menciptakan risiko “pisau bermata dua”. Kemalasan menyelami teks sampai pada ceruk terdalamnya, seperti dicemaskan Mudji Sutrisno (Kompas, 24/04/05), dapat menggelincirkan pengamat sastra pada penyembelihan teks dengan pisau arogansi dan kesemena-menaan subjektif di satu sisi, atau pada permisivisme yang membolehkan apa saja yang gila, abnormal, aneh sebagai estetika di sisi lain. Menyikapi sentimentalisme dan penghujatan sebagaimana diperlihatkan oleh sejumlah “oknum” esais dan pengamat sastra belakangan ini, alih-alih meniscayakan mereka sebagai Kritikus Sastra, malah patut dicurigai sebagai “tikus-tikus” sastra. Hama perusak aneka “tanaman” yang bersitumbuh di ladang sastra. Ladang sastra masih akan ditanami aneka ragam tanaman, tentu dengan harapan kelak bakal berbuah karya-karya berselera tinggi. Sebab itu, tikus-tikus itu harus segera “dibasmi”! Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |