|
Sinopsis Buku: Adityawarman lahir tahun 1952 di kota Padang. Berayahkan seorang tentara yang tidak ingin anaknya menjadi tentara. Adityawarman tumbuh dengan keharusan membunuh cita-citanya menjadi dokter setelah tanpa sengaja dan tanpa cita-cita “terjerumus” menjadi polisi. Di dunia ini dia menjadi penyaksi bagaimana sebuah konflik komunal di Ambon, Maluku, merangsang banyak orang terlibat dalam aksi saling bunuh, di Asahan (Sumatera Utara) konflik etnis Melayu-Batak Toba juga terjadi, lalu di Aceh sebuah kehidupan “lain” di Jalin berhasil ia ungkap.
Tapi tak cuma pada tiga hal itu ia memiliki kisah. Tidak sekadar Banda Naira, Key, atau Pulau Wetar dapat menjadi “setting lokasi” di mana sebagian perjalanan hidupnya bisa dikisahkan. Ia juga punya sekuel di Minahasa, Poso, atau Batua. Selain soal asmara, sebagian kisah tragis juga mewarnai hari-harinya___“terjebak” demonstrasi massa, jatuh bersama helikopter di gugusan pulau terluar Indonesia, “dipaksa” mengarungi lautan, dan menjadi target penembak jitu (sniper) saat situasi chaos di sejumlah peristiwa. Buku ini merekam sebagian kisah hidup Adityawarman abad XXI. Bukan untuk dikisahkan, tetapi guna menjadi renungan bahwa karir dan garis tangan tidak mengalir seperti air. Ia bukan pencitraan, tetapi trust dan komitmen. Resensi Buku:
Buku Sejenis Lainnya:
![]() Advertisement |